Baca Juga :
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan paling sempurna karena telah dikaruniai akal dan pikiran. Namun, fakta yang sering terjadi adalah mereka menggunakan akal dan pikirannya untuk berada di jalan yang salah. Oleh karena itu, sebuah pepatah mengatakan bahwa “orang yang berakal belum tentu dia bermoral, tapi orang yang bermoral sudah pasti dia berakal”.
Pendidikan moral pada generasi milenial Indonesia saat ini sedang dalam kondisi darurat. Hal ini berarti bahwa moral yang ada di setiap individu sedang mengalami penurunan atau biasa disebut degradasi moral.
Degradasi moral merupakan penurunan perilaku atau sikap, akhlak dan budi pekerti terhadap seseorang maupun sekelompok orang, dilihat dari aspek perilaku masyarakat tentang bagaimana baik atau buruk suatu ajaran yang diterima oleh umum mengenai sebuah tindakan atau perbuatan dalam perspektif agama dan kehidupan sosialnya.
Jika kita melihat banyaknya fenomena masalah tentang milenial saat ini, mereka mulai kehilangan moralnya. Kita tahu bahwa pengaruh globalisasi membawa pengaruh besar bagi rakyat Indonesia, terutama dari kalangan milenial Indonesia. Mereka cenderung lebih mudah terkena dampak negatif dari globalisasi.
Di era revolusi industri sekarang, para generasi milenial dan generasi Z mulai mengikuti budaya kebarat-baratan yang kebanyakan tidak memberi pengaruh positif pada diri mereka, melainkan memberikan dampak buruk terhadap sikap dan pola pergaulan mereka.
Menurut penulis, budaya barat yang bisa dikatakan terlalu bebas menjadikan para milenial juga memiliki pandangan yang luas dan bebas. Mereka bisa mengikuti dan menirukan segala trend yang ada tanpa menyaring atau memilah mana yang baik dan mana yang buruk. Lalu jika sudah terjadi demikian, bagaimana nasib keberlangsungan bangsa Indonesia ini?
Kasus degradasi moral yang sedang viral saat ini adalah seorang anak laki-laki yang marah terhadap bapaknya. Bukan hanya marah, dia menendang dan memukul kepala bapak kandungnya sendiri. Bapaknya yang sudah dibilang sudah tua hanya bisa terdiam terhadap perilaku keji sang anak karena sudah tidak mampu untuk berdiri lagi.
Sangat miris melihat tingkah laku generasi milenial jaman sekarang yang sangat begitu kejam. Mereka telah kehilangan moral terhadap orang tuanya, padahal orang tua adalah harga yang paling berharga bagi setiap anak. Kalaupun memang ada masalah yang serius seharusnya bisa dibicarakan dengan baik-baik bukan malah bermain fisik.
Masyarakat Indonesia sangat sensitif terhadap permasalahan moral, adab, dan budaya. Hal ini disebabkan karena moralitas di masyarakat sudah menjadi bentuk kesepakatan bersama mengenai layak dan tidaknya suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang sehingga, mereka memiliki tatanan hukum sendiri.
Contoh kasus lainnya yaitu #JusticeForAudrey, yang pernah terjadi dan sempat viral pada tahun 2019. Kasus #JusticeForAudrey mengundang banyak hujatan netizen, terutama para generasi milenial Indonesia. Kasus itu berawal dari saling bully-membully di media sosial karena masalah cowo.
Sebagai seorang netizen, penulis berpikir bahwa apa yang mereka lakukan itu sudah benar-benar di luar batas moral anak bangsa Indonesia. Tidak seharusnya mereka melakukan tindakan bullying untuk mengatasi sebuah masalah.
Telah kita ketahui dari kedua contoh kasus diatas dapat dihubungkan dengan permasalahan degradasi moral yaitu menurunnya pola pikir seseorang untuk menyelesaikan masalah tanpa adanya kekerasan didalamnya. Dapat disimpulkan pula bahwa sebuah control diri dan emosional yang lemah akan menimbulkan kurangnya rasa empati terhadap orang lain dan menurunnya pola pikir sebelum bertindak.
Moral menjadi cerminan bagaimana kepribadian di suatu negara tersebut, termasuk di Indonesia. Kita tahu bagaimana bobroknya moral masyarakat Indonesia terutama generasi milenial yang kini berada di titik terendah dalam berkepribadian.
Lalu, bagaimana cara kita sebagai generasi milenial bangsa Indonesia mengatasi masalah degradasi moral yang semakin hari semakin menjadi-jadi? Salah satu caranya yaitu dengan cara melihat faktor internal dan eksternal dalam diri masing-masing. Cobalah sesering mungkin untuk melakukan evaluasi diri agar kita bisa tahu setiap kesalahan dan langkah untuk memperbaikinya.
Faktor internal yang harus kita ubah pertama kali adalah bagaimana cara kita mengontrol emosi. Kita tidak boleh secara langsung mengambil tindakan tanpa memikirkan resiko. Sehingga, kita perlu mengubah pola pikir kita menjadi pola pikir yang logis dan realistis.
Sebagai manusia yang berketuhanan, kita perlu banyak bersabar menghadapi setiap masalah, dan juga meningkatkan takwa kepada Tuhan YME. Sebagaimana sudah dikatakan dalam Alquran, “Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada pada landasan akhlak yang agung”.
Selain faktor dari dalam kita atau internal, faktor eksternal pun juga menjadi pertimbangan dalam memperbaiki moral anak bangsa. Cara kita menghadapi dunia luar dengan menghindari salah dalam bergaul bagaimana kita pandai pandai dalam memilih pergaulan karena pergaulan sangat berpengaruh dalam beretika, moral dan akhlak.
Menurut penulis, peran orang tua juga penting dalam mendidik setiap anaknya. Hal tersebut akan
menimbulkan efek atau dampak yang besar bagi setiap anak untuk membentuk karakter mereka dalam bersosial dan berperilaku terhadap masyarakat, karena baik dan buruknya seorang anak terlihat bagaimana peran orang tua dalam mendidik anak yang benar.
Dari penjelasan diatas, kita sebagai milenial Indoensia sudah sadar dan tahu betapa bobroknya moral generasi muda saat ini. Kalangan anak-anak muda generasi milenial penerus bangsa sudah berada pada titik terendah dan dalam tahap krisis moral. Oleh karena itu, sebagai calon generasi emas 2045, mari bersama memperbaiki bangsa ini dengan mengubah moral masyarakat pada usia dini dengan faktor internal maupun eksternal.
Seperti kata dari Ir. Soekarno, “Beri aku seribu orang tua niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya, beri aku sepuluh pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia”. Pemuda adalah pembentuk bagaimana Indonesia di masa mendatang.
Penulis : Qorina Hanni Fauziyah
Degradasi moral merupakan penurunan perilaku atau sikap, akhlak dan budi pekerti terhadap seseorang maupun sekelompok orang, dilihat dari aspek perilaku masyarakat tentang bagaimana baik atau buruk suatu ajaran yang diterima oleh umum mengenai sebuah tindakan atau perbuatan dalam perspektif agama dan kehidupan sosialnya.
Jika kita melihat banyaknya fenomena masalah tentang milenial saat ini, mereka mulai kehilangan moralnya. Kita tahu bahwa pengaruh globalisasi membawa pengaruh besar bagi rakyat Indonesia, terutama dari kalangan milenial Indonesia. Mereka cenderung lebih mudah terkena dampak negatif dari globalisasi.
Di era revolusi industri sekarang, para generasi milenial dan generasi Z mulai mengikuti budaya kebarat-baratan yang kebanyakan tidak memberi pengaruh positif pada diri mereka, melainkan memberikan dampak buruk terhadap sikap dan pola pergaulan mereka.
Menurut penulis, budaya barat yang bisa dikatakan terlalu bebas menjadikan para milenial juga memiliki pandangan yang luas dan bebas. Mereka bisa mengikuti dan menirukan segala trend yang ada tanpa menyaring atau memilah mana yang baik dan mana yang buruk. Lalu jika sudah terjadi demikian, bagaimana nasib keberlangsungan bangsa Indonesia ini?
Kasus degradasi moral yang sedang viral saat ini adalah seorang anak laki-laki yang marah terhadap bapaknya. Bukan hanya marah, dia menendang dan memukul kepala bapak kandungnya sendiri. Bapaknya yang sudah dibilang sudah tua hanya bisa terdiam terhadap perilaku keji sang anak karena sudah tidak mampu untuk berdiri lagi.
Sangat miris melihat tingkah laku generasi milenial jaman sekarang yang sangat begitu kejam. Mereka telah kehilangan moral terhadap orang tuanya, padahal orang tua adalah harga yang paling berharga bagi setiap anak. Kalaupun memang ada masalah yang serius seharusnya bisa dibicarakan dengan baik-baik bukan malah bermain fisik.
Masyarakat Indonesia sangat sensitif terhadap permasalahan moral, adab, dan budaya. Hal ini disebabkan karena moralitas di masyarakat sudah menjadi bentuk kesepakatan bersama mengenai layak dan tidaknya suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang sehingga, mereka memiliki tatanan hukum sendiri.
Contoh kasus lainnya yaitu #JusticeForAudrey, yang pernah terjadi dan sempat viral pada tahun 2019. Kasus #JusticeForAudrey mengundang banyak hujatan netizen, terutama para generasi milenial Indonesia. Kasus itu berawal dari saling bully-membully di media sosial karena masalah cowo.
Sebagai seorang netizen, penulis berpikir bahwa apa yang mereka lakukan itu sudah benar-benar di luar batas moral anak bangsa Indonesia. Tidak seharusnya mereka melakukan tindakan bullying untuk mengatasi sebuah masalah.
Telah kita ketahui dari kedua contoh kasus diatas dapat dihubungkan dengan permasalahan degradasi moral yaitu menurunnya pola pikir seseorang untuk menyelesaikan masalah tanpa adanya kekerasan didalamnya. Dapat disimpulkan pula bahwa sebuah control diri dan emosional yang lemah akan menimbulkan kurangnya rasa empati terhadap orang lain dan menurunnya pola pikir sebelum bertindak.
Moral menjadi cerminan bagaimana kepribadian di suatu negara tersebut, termasuk di Indonesia. Kita tahu bagaimana bobroknya moral masyarakat Indonesia terutama generasi milenial yang kini berada di titik terendah dalam berkepribadian.
Lalu, bagaimana cara kita sebagai generasi milenial bangsa Indonesia mengatasi masalah degradasi moral yang semakin hari semakin menjadi-jadi? Salah satu caranya yaitu dengan cara melihat faktor internal dan eksternal dalam diri masing-masing. Cobalah sesering mungkin untuk melakukan evaluasi diri agar kita bisa tahu setiap kesalahan dan langkah untuk memperbaikinya.
Faktor internal yang harus kita ubah pertama kali adalah bagaimana cara kita mengontrol emosi. Kita tidak boleh secara langsung mengambil tindakan tanpa memikirkan resiko. Sehingga, kita perlu mengubah pola pikir kita menjadi pola pikir yang logis dan realistis.
Sebagai manusia yang berketuhanan, kita perlu banyak bersabar menghadapi setiap masalah, dan juga meningkatkan takwa kepada Tuhan YME. Sebagaimana sudah dikatakan dalam Alquran, “Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada pada landasan akhlak yang agung”.
Selain faktor dari dalam kita atau internal, faktor eksternal pun juga menjadi pertimbangan dalam memperbaiki moral anak bangsa. Cara kita menghadapi dunia luar dengan menghindari salah dalam bergaul bagaimana kita pandai pandai dalam memilih pergaulan karena pergaulan sangat berpengaruh dalam beretika, moral dan akhlak.
Menurut penulis, peran orang tua juga penting dalam mendidik setiap anaknya. Hal tersebut akan
menimbulkan efek atau dampak yang besar bagi setiap anak untuk membentuk karakter mereka dalam bersosial dan berperilaku terhadap masyarakat, karena baik dan buruknya seorang anak terlihat bagaimana peran orang tua dalam mendidik anak yang benar.
Dari penjelasan diatas, kita sebagai milenial Indoensia sudah sadar dan tahu betapa bobroknya moral generasi muda saat ini. Kalangan anak-anak muda generasi milenial penerus bangsa sudah berada pada titik terendah dan dalam tahap krisis moral. Oleh karena itu, sebagai calon generasi emas 2045, mari bersama memperbaiki bangsa ini dengan mengubah moral masyarakat pada usia dini dengan faktor internal maupun eksternal.
Seperti kata dari Ir. Soekarno, “Beri aku seribu orang tua niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya, beri aku sepuluh pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia”. Pemuda adalah pembentuk bagaimana Indonesia di masa mendatang.
Penulis : Qorina Hanni Fauziyah
Ilustrasi Millenial. Photo Via Pexels.com |
KOMENTAR